MONITORDAY.com, Jakarta - Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI) Dr. Muhammad Luthfi Zuhdi menuturkan, ada dua elemen masyarakat yang tak boleh ditinggalkan dalam upaya pencegahan terorisme di Indonesia. Dua elemen itu adalah para ulama dan akademisi.
Menurut Luthfi, peran dua elemen masyatakat itu sangat penting, bahkan bisa dibilang mereka adalah kunci paling ampuh untuk mencegah paham radikalisme yang menjurus ke terorisme. Sebab itu, Luthfi berharap dua elemen itu dirangkul. "Ulama dan akademisi harus dirangkul dan dilibatkan secara nyata dalam pencegahan terorisme di Indonesia," tuturnya di Jakarta, Kamis (3/3).
Lebih lanjut dikatakan, dua elemen tersebut masing-masing punya peran penting membangun bangsa. Mislanya, para ulama membangun generasi yang agamis sedangkan peran akademisi menguatkan sisi nasionalisnya.
"Kalau berbicara penanggulangan paham radikalisme terorisme, khususnya terhadap generasi muda kita akan berbicara lingkungan pesantren, masjid, dan perguruan tinggi," paparnya.
Sebab itu, Luthfi berharap para ulama melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan para akademisi di berbagai perguruan tinggi bergandengan tangan membantu melakukan pencegahan terorisme di Indonesia. Para ulama diharapkan memberikan pemahaman yang benar tentang agama Islam rahmatan lil alamin. "Sedangkan para akademisi menguatkan ideologi Pancasila kepada generasi muda," tandasnya.
Menurutnya, ancaman terorisme sekarang ini semakin nyata sehingga harus ada pemahaman yang sama untuk mencegahnya. Ia menambahkan, selama ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah melakukan berbagai upaya untuk membentengi bangsa ini dari propaganda radikalisme dan ancaman terorisme. Tapi itu dirasa belum cukup, tanpa keterlibatan lembaga terkait, Ormas, dan semua unsur masyarakat didalamnya.
"Semua harus sinkron dan tidak boleh jalan sendiri-sendiri. MUI, NU, Muhammadiyah harus dilibatkan secara nyata. Kerjasama antar lembaga ini harus dilakukan sejak awal agar semuanya berjalan konkrit, termasuk persiapan pembiayaannya," kata Lut
Secara pribadi, Luthfi mengaku siap mendukung pelaksanaan program ini. Ia yakin para akademisi di seluruh Indonesia yang berkompeten pada masalah ini, juga mendukung program ini. Yang penting, BNPT sebagai lembaga yang bertugas sebagai koordinator pencegahan terorisme di Indonesia, terus memperbanyak dan mempererat hubungan dengan semua pihak yang terkait."Seperti penguatan melalui pesantren dan lembaga pendidikan, jangan hanya dilakukan observasi atau penelitian saja, tapi langsung dirangkul menjadi mitra dan dilakukan secara berkesinambungan. Artinya, ada komunikasi langsung antara BNPT dengan pesantren dan lembaga pendidikan, sehingga komunikasi tidak hanya dilakukan saat ada kegiatan resmi saja," ujar Luthfi.
Bisa juga, kata Luthfi koordinasi itu dilakukan dalam acara-acara yang sifatnya tidak resmi seperti saat perayaan hari besar baik agama maupun . Ia yakin dengan begitu pencegahan paham radikalisme terorisme, melalui pesantren dan lembaga pendidikan akan lebih masif.
Hal lain yang bisa dilakukan dalam pencegahan ini adalah merangkul pihak-pihak yang selama ini dianggap radikal. "Mereka bangsa kita, mereka juga harus diajak bicara. Saya yakin mereka juga punya nasionalisme, meski dilakuan dengan cara mereka. Apalagi mereka lahir dan besar di Indonesia tentu juga ingin memiliki Indonesia sepenuhnya meski dengan cara yang berbeda. Dari situ kita pelan-pelan membawa mereka kembali ke ajaran yang benar, baik dari sisi agama maupun nasionalisme," tukas Luthfi. (Siswanto)
Menurut Luthfi, peran dua elemen masyatakat itu sangat penting, bahkan bisa dibilang mereka adalah kunci paling ampuh untuk mencegah paham radikalisme yang menjurus ke terorisme. Sebab itu, Luthfi berharap dua elemen itu dirangkul. "Ulama dan akademisi harus dirangkul dan dilibatkan secara nyata dalam pencegahan terorisme di Indonesia," tuturnya di Jakarta, Kamis (3/3).
Lebih lanjut dikatakan, dua elemen tersebut masing-masing punya peran penting membangun bangsa. Mislanya, para ulama membangun generasi yang agamis sedangkan peran akademisi menguatkan sisi nasionalisnya.
"Kalau berbicara penanggulangan paham radikalisme terorisme, khususnya terhadap generasi muda kita akan berbicara lingkungan pesantren, masjid, dan perguruan tinggi," paparnya.
Sebab itu, Luthfi berharap para ulama melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan para akademisi di berbagai perguruan tinggi bergandengan tangan membantu melakukan pencegahan terorisme di Indonesia. Para ulama diharapkan memberikan pemahaman yang benar tentang agama Islam rahmatan lil alamin. "Sedangkan para akademisi menguatkan ideologi Pancasila kepada generasi muda," tandasnya.
Menurutnya, ancaman terorisme sekarang ini semakin nyata sehingga harus ada pemahaman yang sama untuk mencegahnya. Ia menambahkan, selama ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah melakukan berbagai upaya untuk membentengi bangsa ini dari propaganda radikalisme dan ancaman terorisme. Tapi itu dirasa belum cukup, tanpa keterlibatan lembaga terkait, Ormas, dan semua unsur masyarakat didalamnya.
"Semua harus sinkron dan tidak boleh jalan sendiri-sendiri. MUI, NU, Muhammadiyah harus dilibatkan secara nyata. Kerjasama antar lembaga ini harus dilakukan sejak awal agar semuanya berjalan konkrit, termasuk persiapan pembiayaannya," kata Lut
Secara pribadi, Luthfi mengaku siap mendukung pelaksanaan program ini. Ia yakin para akademisi di seluruh Indonesia yang berkompeten pada masalah ini, juga mendukung program ini. Yang penting, BNPT sebagai lembaga yang bertugas sebagai koordinator pencegahan terorisme di Indonesia, terus memperbanyak dan mempererat hubungan dengan semua pihak yang terkait."Seperti penguatan melalui pesantren dan lembaga pendidikan, jangan hanya dilakukan observasi atau penelitian saja, tapi langsung dirangkul menjadi mitra dan dilakukan secara berkesinambungan. Artinya, ada komunikasi langsung antara BNPT dengan pesantren dan lembaga pendidikan, sehingga komunikasi tidak hanya dilakukan saat ada kegiatan resmi saja," ujar Luthfi.
Bisa juga, kata Luthfi koordinasi itu dilakukan dalam acara-acara yang sifatnya tidak resmi seperti saat perayaan hari besar baik agama maupun . Ia yakin dengan begitu pencegahan paham radikalisme terorisme, melalui pesantren dan lembaga pendidikan akan lebih masif.
Hal lain yang bisa dilakukan dalam pencegahan ini adalah merangkul pihak-pihak yang selama ini dianggap radikal. "Mereka bangsa kita, mereka juga harus diajak bicara. Saya yakin mereka juga punya nasionalisme, meski dilakuan dengan cara mereka. Apalagi mereka lahir dan besar di Indonesia tentu juga ingin memiliki Indonesia sepenuhnya meski dengan cara yang berbeda. Dari situ kita pelan-pelan membawa mereka kembali ke ajaran yang benar, baik dari sisi agama maupun nasionalisme," tukas Luthfi. (Siswanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar